|
|
||||||
|
||||||
|
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kita berbagai
macam nikmat, sehingga aktifitas hidup yang kita jalani ini akan selalu membawa
keberkahan, baik kehidupan di alam dunia ini, lebih-lebih lagi pada
kehidupan akhirat kelak, sehingga semua cita-cita serta harapan yang ingin kita
capai menjadi lebih mudah dan penuh manfaat.
Terima kasih sebelum dan sesudahnya kami ucapkan kepada Dosen serta
teman-teman sekalian yang telah membantu, baik bantuan berupa moriil maupun
materil, sehingga makalah ini terselesaikan dalam waktu yang telah
ditentukan.
Kami
menyadari sekali, didalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
serta banyak kekurangan-kekurangnya, baik dari segi tata bahasa maupun dalam
hal kelengkapan serta pengkonsolidasian kepada dosen serta teman-teman
sekalian, yang kadangkala hanya menturuti egoisme pribadi, untuk itu
besar harapan kami jika ada kritik dan saran yang membangun untuk lebih
menyempurnakan makalah-makah kami dilain waktu.
Harapan
yang paling besar dari penyusunan makalah ini ialah, mudah-mudahan apa yang
kami susun ini penuh manfaat, baik untuk pribadi, teman-teman, serta orang lain
yang ingin mengambil atau menyempurnakan lagi atau mengambil hikmah dari judul
ini ( masyarakat desa dan masyarakat kota ) sebagai tambahan dalam menambah
referensi yang telah ada.
Bandung,
Desember 2012
Penyusun
DAFTAR
ISI
COVER................................................................................................................................. -
KATA
PENGANTAR.......................................................................................................... 2
DAFTAR
ISI......................................................................................................................... 3
BAB
I PENDAHULUAN.................................................................................................... 4
1.1 Latar
Belakang................................................................................................................. 4
1.2 Rumusan
Masalah............................................................................................................ 5
1.3 Tujuan
Penulisan.............................................................................................................. 5
BAB
II LANDASAN TEORI.............................................................................................. 6
2.1 Pengertian
Distribusi Pendapatan.................................................................................... 6
2.2 Teori
dan Pengukuran Distribusi Pendapatan.................................................................. 8
2.3 Kemiskinan...................................................................................................................... 8
BAB
III PEMBAHASAN.................................................................................................... 9
3.1 Pengaruh
Distribusi Pendapatan terhadap Kemiskinan................................................... 9
3.2 Dampak
ketimpangan pendapatan................................................................................... 9
3.3 Koefisien
Gini.................................................................................................................. 10
3.4 Alternatif
Kebijakan........................................................................................................ 15
BAB
IV KESIMPULAN...................................................................................................... 16
PENUTUP............................................................................................................................. 17
DAFTAR
PUSTAKA........................................................................................................... 18
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah
utama dalam distribusi pendapatan adalah terjadinya ketimpangan distribusi
pendapatan. Hal ini bisa terjadi akibat perbedaan produktivitas yang dimiliki
oleh setiap individu dimana satu individu/kelompok mempunyai produktivitas yang
lebih tinggi dibandingkan individu/kelompok lain, sehingga ketimpangan distribusi
pendapatan tidak hanya terjadi di Indonesia saja tetapi juga terjadi di
beberapa negara di dunia. Tidak meratanya distribusi pendapatan memicu
terjadinya ketimpangan pendapatan yang merupakan awal dari munculnya masalah
kemiskinan. Membiarkan kedua masalah tersebut berlarut-larut akan semakin
memperparah keadaan, dan tidak jarang menimbulkan konsekuensi negatif terhadap
kondisi sosisal dan politik.
Ketimpangan distribusi
pendapatan dan kemiskinan merupakan sebuah realita yang ada di tengah-tengah
masyarakat dunia ini baik di negara maju maupun negara berkembang, Perbedaannya
terletak pada proporsi tingkat ketimpangan dan angka kemiskinan yang terjadi,
serta tingkat kesulitan mengatasinya yang dipengaruhi oleh luas wilayah dan
jumlah penduduk suatu negara.
Distribusi pendapatan nasional
yang tidak merata, tidak akan menciptakan kemakmuran bagi masyarakat secara
umum. Sistem distribusi yang tidak pro poor hanya akan menciptakan
kemakmuran bagi golongan tertentu saja, sehingga ini menjadi isu sangat penting
dalam menyikapi angka kemiskinan hingga saat ini.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang permasalahan yang ada, maka dikemukakan perumusan masalah yaitu
Pengaruh Ketimpangan Distribusi Pendapatan Terhadap Kemiskinan
1.3 Tujuan
Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah
ini adalah :
1) Untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah “Ekonomi Pembangunan”
2) Untuk
mengetahui dan lebih memahami tentang Ketimpangan Distribusi Pendapatan.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Distribusi Pendapatan
Distribusi
pendapatan nasional adalah mencerminkan merata atau timpangnya
pembagian hasil suatu negara di kalangan penduduknya (Dumairy, 1999)
Menurut Irma Adelma dan Cynthia Taft
Morris (dalam Lincolin Arsyad, 1997) ada 8 hal yang menyebabkan ketimpangan
distribusi di Negara Sedang Berkembang:
- Pertumbuhan penduuduk yang tinggi yang mengakibatkan menurunnya pendapatan per kapita
- Inflasi dimana pendapatan uang bertambah tetapi tidak diikuti secara proporsional dengan pertambahan produksi barang-barang
- Ketidakmerataan pembangunan antar daerah
- Investasi yang sangat banyak dalam proyek-proyek yang padat modal, sehingga persentase pendapatan modal kerja tambahan besar dibandingkan persentase pendapatan yang berasal dari kerja, sehingga pengangguran bertambah
- Rendahnya mobilitas sosial
- Pelaksanaan kebijakan industry substitusi impor yang mengakibatkan kenaikan harga-harga barang hasil industry untuk melindungi usaha-usaha golongan kapitalis
- Memburuknya nilai tukar bagi NSB dalam perdagangan dengan Negara- Negara maju, sebagi akibat ketidak elastisan permintaan Negara-negara maju terhadap barang-barang ekspor NSB
- Hancurnya industry kerajinan rakyat seperti pertukangan, industry rumah tangga, dan lain-lain
Michael
P. Todaro dalam bukunya Pembangunan Ekonomi menjelaskan bahwa pembangunan dalam
perspektif luas dapat dipandang sebagai suatu proses multidimensional yang
mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap masyarakat dan
institusi nasional, disamping tetap mengejar akselerasi pertumbuhan ekonomi,
penanganan ketimpangan pendapatan serta pengentasan kemiskinan.
2.2 Teori dan Pengukuran Distribusi
Pendapatan
Para ekonom pada umumnya
membedakan dua ukuran pokok distribusi pendapatan, yang keduanya digunakan
untuk tujuan analisis dan kuantitatif. Kedua ukuran tersebut adalah ukuran
distribusi pendapatan, yakni besar atau kecilnya bagian pendapatan yang
diterima masing-masing orang (biasanya menggunakan metode Kurva Lorenz dan
Koefisien Gini); dan distribusi fungsional atau distribusi kepemilikan
faktor-faktor produksi, yang indikatornya berfokus pada bagian dari pendapatan
nasional yang diterima oleh masing-masing faktor produksi (Todaro dan Smith,
2004).
2.3 Kemiskinan
Kemiskinan
menurut BPS dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi
kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan (diukur dari sisi pengeluaran).
Menurut Friedman dalam Mudrajad
Kuncoro (1997), Kemiskinan adalah ketidaksamaan kesempatan dalam
mengakumulasikan basis kekuasaan sosial. Basis kekuasaan sosial meliputi: modal
produktif, sumber keuangan, organisasi sosial dan politik, jaringan sosial,
pengetahuan dan keterampilan, dan informasi yang berguna untuk kemajuan hidup.
Sharp, et.al (1996) dalam
Mudrajad Kuncoro (1997) mencoba mengidentifikasi penyebab kemiskinan dipandang
dari sisi ekonomi. Pertama, secara mikro kemiskinan muncul karena adanya
ketidaksamaan pola kepemilikan sumber daya yang menimbulkan distribusi
pendapatan yang timpang. Kedua, kemiskinan muncul akibat perbedaan dalam
kualitas SDM. Ketiga, kemiskinan muncul akibat perbedaan akses dalam modal.
BAB III
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
3.1 Pengaruh Ketimpangan
Distribusi Pendapatan Terhadap Kemiskinan.
Penghapusan
kemiskinan dan berkembangnya ketidakmerataan distribusi pendapatan merupakan
salah satu inti masalah pembangunan,terutama di Negara Sedang Berkembang.
Todaro dan Smith (2004),
mengatakan penanggulangan kemiskinan dan ketimpangan distribusi pendapatan
merupakan inti dari semua masalah pembangunan dan merupakan tujuan utama
kebijakan pembangunan di banyak daerah.
Menurut Todaro (2000), Pengaruh
antara ketimpangan distribusi pendapatan terhadap kemiskinan dipengaruhi oleh
adanya peningkatan jumlah penduduk. Pertambahan jumlah penduduk cenderung
berdampak negatif terhadap penduduk miskin, terutama bagi mereka yang sangat
miskin. Sebagian besar keluarga miskin memiliki jumlah anggota keluarga yang
banyak sehingga kondisi perekonomian mereka berada di garis kemiskinan semakin
memburuk seiring dengan memburuknya ketimpangan pendapatan atau kesejahteraan.
Penyebab dari kemiskinan adalah
adanya ketidaksamaan pola kepemilikan sumber daya yang selanjutnya akan
menimbulkan distribusi pendapatan yang timpang.
3.2 Dampak ketimpangan pendapatan
Adapun dampak rendahnya tingkat pendapatan penduduk terhadap
pembangunan adalah:
- Rendahnya daya beli masyarakat menyebabkan pembangunan bidang ekonomi kurang berkembang baik.
- Tingkat kesejahteraan masyarakat rendah menyebabkan hasil pembangunan hanya banyak dinikmati kelompok masyarakat kelas sosial menengah ke atas.
Untuk
meningkatkan pendapatan masyarakat (kesejahteraan masyarakat), sehingga dapat
mendukung lancarnya pelaksanaan pembangunan pemerintah melakukan upaya dalam
bentuk:
- Menekan laju pertumbuhan penduduk.
- Merangsang kemauan berwiraswasta.
- Menggiatkan usaha kerajinan rumah tangga/industrialisasi.
- Memperluas kesempatan kerja.
- Meningkatkan GNP dengan cara meningkatkan barang dan jasa.
3.3 Koefisien Gini
Koefisien
Gini adalah ukuran ketidakmerataan atau ketimpangan pendapatan agregat yang
angkanya berkisar antara nol (pemerataan sempurna) hingga satu (ketimpangan
yang sempurna). Bila Koefisien Gini mendekati nol menunjukkkan adanya
ketimpangan yang rendah dan bila Koefisien Gini mendekati satu menunjukkan
ketimpangan yang tinggi. Pada prakteknya, angka ketimpangan untuk negara-negara
yang ketimpangan distribusi pendapatannya tajam berkisar antara 0,50 hingga
0,70. Sedangkan untuk negara-negara yang distribusi pendapatannya relatif
paling merata berkisar antara 0,20 sampai 0,35.
Cara menganalisis tentang
Distribusi Pendapatan
Terdapat berbagai criteria atau tolak ukur untuk menilai
kemerataan (parah/lunaknya ketimpangan) distibusi dimaksud. Tiga diantaranya
yang paling lazim digunakan ialah :
1. Kurva Lorenz
2. Indeks atau Rasio gini
3. Criteria Bank Dunia
·
KURVA
LORENZ
Penjelasan
:
·
· Kurva Lorenz menggambarkan
distribusi kumulatif pendapatan nasional dikalangan lapisan-lapisan penduduk,
secara kumulatif pula. Kurva ini terletak didalam sebuah bujur sangkar yang
sisi tegaknya melambangkan persentase kumulatif pendapatan nasional, sedangkan
sisi datarnya mewakili persentase kumulatif penduduk.
Kurvanya sendiri “ditempatkan” pada diagonal utama bujur
sangkar tersebut. Kurva Lorenz yang semakin dekat ke diagonal (semakin lurus)
menyiratkan distribusi pendapatan nasional yang semakin merata. Sebaliknya,
jika kurva Lorenz semakin jauh dari diagonal (semakin lengkung), maka ia
mencerminkan keadaan yang semakin buruk, distribusi pendapatan nasional semakin
timpang atau tidak merata.
·
· Indeks atau Rasio Gini adalah suatu
koefisien yang, berkisar dari angka 0-1, menjelaskan kadar kemerataan
(ketimpangan) distribusi pendapatan nasional. Semakin kecil (semakin mendekati
0) koefisien nya, pertanda semakin baik atau merata distribusi. Di lain pihak,
koefisien yang kian besar (semakin mendekati 1) mengisyaratkan distribusi yang
kian timpang atau senjang. Angka rasio gini dapat ditaksirkan secara visual
langsung dari kurva Lorenz, yaitu perbandingan luas are yang terletak diantara
kurva Lorenz dan diagonal terhadap luas area segitiga OBC. Perhatikan, semakin
melengkung kurva Lorenz akan semakin luas area yang dibagi. Rasio gini nya akan
kian besar, menyiratkan distribusi pendapatan yang kian timpang. Rasio gini
juga dapat dihitung secara matematik dengan rumus :
G
= 1- E1 (Xi+1 –
X1)(Yi + Yi+1)
0
< G < 1
G = Rasio Gini
· Xi = Proporsi jumlah
kumulatif rumah tangga dalam kelas- i
· Yi = Proporsi jumlah
kumulatif pendapatan dalam kelas-i
Bank Dunia :
Tinggi : 40% kelompok termiskin dengan pengeluaran < 12%
dr total Y
Sedang : 40% kelompok termiskin dengan pengeluaran 12-17% dr
total Y
Rendah: 40% kelompok termiskin dengan pengeluaran > 17%
dr total Y
Kriteria ketidakmerataan versi Bank Dunia didasarkan atas
porsi pendapatan nasional yang dinikmati oleh tiga lapisan penduduk, yakni 40%
penduduk berpendapatan terendah (penduduk termiskin) ; 40% penduduk
berpendapatan menengah ; 20% penduduk berpendapatan tertinggi (penduduk
terkaya). Ketimpangan atau ketidakmerataan distribusi dinyatakan parah apabila
40% penduduk berpendapatan terendah menikmati kurang dari 12% pendapatan
nasional. Ketidakmerataan dianggap sedang atau moderat bila 40% penduduk
termiskin menikmati antara 12% - 17% pendapatan nasional. Sedangkan jika 40%
penduduk yang berpendapatan terendah menikmati lebih dari 17% pendapatan
nasional, maka ketimpangan atau kesenjangan dikatakan lunak, distribusi
pendapatan nasional dianggap cukup merata.
Kriteria ketidakmerataan versi Bank Dunia ini sering pula
dipakai sekaligus sebagai criteria kemiskinan relative. Kemerataan distribusi
pendapatan nasional bukan semata-mata ”pendamping” pertumbuhan ekonomi dalam
menilai keberhasilan pembangunan. Ketidakmerataan sesungguhnya tak lepas dari
maslah kemiskinan. Keduanya ibarat dua sisi pada sekeping mata uang. Oleh
karnanya diskusi-diskusi mengenai pemerataan senantiasa terkait dengan
pembahasan tentang kemiskinan.
Isu kemerataan dan pertumbuhan hingga kini masih menjadi
debat tak berkesudahan dalam konteks pembangunan. Kedua hal ini berkait dengan
dua hal lain yang juga setara kadar perdebatannya, yaitu efektivitas dan
efisiensi. Pemikiran dan strategi serta pelaksanaan pembangunan ekonomi tak
pernah luput dari perdebatan antara pengutamaan efisiensi dan pertumbuhan
disatu pihak melawan pengutamaan efektivitas dan kemerataan dilain pihak.
Pakar-pakar ekonomi pembangunan tak kunjung usai memperdebatkannya. Beberapa
diantara mereka cenderung lebih berpihak disalah satu kutub, sementara beberapa
selebihnya berpihak dikutub seberangnya.
3.4
Alternatif Kebijakan
Beberapa alternatif kebijakan
yang mungkin diambil untuk mengatasi masalah ketimpangan pendapatan, antara
lain:
1. Memperbesar alokasi anggaran untuk
meningkatkan kesejahteraan kaum miskin,
2. Ssistem
pajak yang progresif,
3. Pengurangan
subsidi BBM untuk dialokasikan pada pembangunan infrastruktur dan penciptaan
lapangan kerja.
BAB IV
KESIMPULAN
Menurut Todaro (2000), Pengaruh
antara ketimpangan distribusi pendapatan terhadap kemiskinan dipengaruhi oleh
adanya peningkatan jumlah penduduk. Pertambahan jumlah penduduk cenderung
berdampak negatif terhadap penduduk miskin, terutama bagi mereka yang sangat
miskin. Sebagian besar keluarga miskin memiliki jumlah anggota keluarga yang
banyak sehingga kondisi perekonomian mereka berada di garis kemiskinan semakin
memburuk seiring dengan memburuknya ketimpangan pendapatan atau kesejahteraan.
Penyebab dari kemiskinan adalah
adanya ketidaksamaan pola kepemilikan sumber daya yang selanjutnya akan
menimbulkan distribusi pendapatan yang timpang.
PENUTUP
Demikian
yang dapat kami paparkan mengenai materi “ Ekonomi Pembangunan“ dengan membahas tentang “ Ketimpangan
Distribusi Pendapatan “yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya
masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan
kurangnya referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman dapat memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dalam penulisan makalah pada kesempatan di masa mendatang.
Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.
Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman dapat memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dalam penulisan makalah pada kesempatan di masa mendatang.
Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.
DAFTAR
PUSTAKA
salam kenal..
BalasHapus