Ada beberapa
indikator untuk mengukur tingkat ketimpangan distribusi pendapatan. Berikut
beberapa contohnya.
1. Koefisien Gini (Gini Ratio)
Koefisien Gini
biasanya diperlihatkan oleh kurva yang disebut Kurva Lorenz, seperti yang
diperlihatkan kurva di bawah ini. 
Dalam Kurva
Lorenz, Garis Diagonal OE merupakan garis kemerataan sempurna karena setiap
titik pada garis tersebut menunjukkan persentase penduduk yang sama dengan
persentase penerimaan pendapatan. Koefisien Gini adalah perbandingan antara
luas bidang A dan ruas segitiga OPE.
Semakin jauh
jarak garis Kurva Lorenz dari garis kemerataan sempurna, semakin tinggi tingkat
ketidakmerataannya, dan sebaliknya. Pada kasus ekstrim, jika pendapatan
didistribusikan secara merata, semua titik akan terletak pada garis diagonal
dan daerah A akan bernilai nol. Sebaliknya pada ekstrem lain, bila hanya satu
pihak saja yang menerima seluruh pendapatan, luas A akan sama dengan luas
segitiga sehingga angka koefisien Gininya adalah satu (1). Jadi suatu distribusi
pendapatan makin merata jika nilai koefisien Gini mendekati nol (0).
Sebaliknya, suatu distribusi
pendapatan dikatakan makin tidak merata
jika nilai koefisien Gininya mendekati satu.
Tabel berikut
ini memperlihatkan patokan yang mengatagorikan ketimpangan distribusi
berdasarkan nilai koefisien Gini.
Nilai Koefisien Gini 
 | 
  
Distribusi Pendapatan 
 | 
 
....
  < 0,4 
 | 
  
Tingkat
  ketimpangan rendah 
 | 
 
0,4
  < 0,5 
 | 
  
Tingkat
  ketimpangan sedang 
 | 
 
....
  > 0,5 
 | 
  
Tingkat
  ketimpangan tinggi 
 | 
 
 2. Menurut Bank Dunia
Bank Dunia
mengukur ketimpangan distribusi pendapatan suatu negara dengan melihat besarnya
kontribusi 40% penduduk termiskin. Kriterianya dapat dilihat pada tabel
berikut.
Distribusi Pendapatan 
 | 
  
Tingkat Ketimpangan 
 | 
 
Kelompok
  40% termiskin pengeluarannya 
<
  12% dari keseluruhan pengeluaran 
 | 
  
Tinggi 
 | 
 
Kelompok 40% termiskin pengeluarannya 
12%–17% dari keseluruhan pengeluaran 
 | 
  
Sedang 
 | 
 
Kelompok
  40% termiskin pengeluarannya 
>
  17%  dari keseluruhan pengeluaran 
 | 
  
Rendah 
 | 
 
Sumber :
Eko, Yuli. 2009. Ekonomi  1 : Untuk SMA dan MA Kelas  X. Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan
Nasional : Jakarta.
Mulyati, sri Nur dan Mahfudz, Agus dan Permana, Leni. 2009. Ekonomi 1 : Untuk Sekolah Menengah
Atas/Madrasah Aliyah Kelas X. Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan
Nasional : Jakarta.http://ekonomikelasx.blogspot.com/2012/02/indikator-ketimpangan-distribusi.html
Distribusi
 pendapatan merupakan salah satu aspek kemiskinan yang perlu dilihat 
karena pada dasarnya merupakan ukuran kemiskinan relatif. Oleh karena 
data pendapatan sulit diperoleh, pengukuran distribusi pendapatan selama
 ini didekati dengan menggunakan data pengeluaran. Dalam hal ini, 
analisis distribusi pendapatan dilakukan dengan menggunakan data total 
pengeluaran rumah tangga sebagai proksi pendapatan yang bersumber dari 
Susenas. Dalam analisis, dapat menggunakan dua ukuran untuk 
merefleksikan ketimpangan pendapatan yaitu Koefisien Gini (Gini Ratio) 
dan Ukuran Bank Dunia.
Koefisien Gini (Gini Ratio)
Koefisien
 Gini (Gini Ratio) adalah salah satu ukuran yang paling sering digunakan
 untuk mengukur tingkat ketimpangan pendapatan secara menyeluruh. Rumus 
Koefisien Gini adalah sebagai berikut:
 
dimana:
- GR = Koefisien Gini (Gini Ratio)
 - fpi = frekuensi penduduk dalam kelas pengeluaran ke-i
 - Fci = frekuensi kumulatif dari total pengeluaran dalam kelaspengeluaran ke-i
 - Fci-1 = frekuensi kumulatif dari total pengeluaran dalam kelaspengeluaran ke-(i-1)
 

Koefisien
 Gini didasarkan pada kurva Lorenz, yaitu sebuah kurva pengeluaran 
kumulatif yang membandingkan distribusi dari suatu variabel tertentu 
(misalnya pendapatan) dengan distribusi uniform (seragam) yang mewakili 
persentase kumulatif penduduk. Untuk membentuk koefisien Gini, grafik 
persentase kumulatif penduduk (dari termiskin hingga terkaya) digambar 
pada sumbu horizontal dan persentase kumulatif pengeluaran (pendapatan) 
digambar pada sumbu vertikal. Ini menghasilkan kurva Lorenz seperti yang
 ditunjukkan pada gambar. Garis diagonal mewakili pemerataan sempurna. 
Koefisien Gini didefinisikan sebagai A/(A+B), dimana A dan B seperti 
yang ditunjukkan pada grafik. Jika A=0 koefisien Gini bernilai 0 yang 
berarti pemerataan sempurna, sedangkan jika B=0 koefisien Gini akan 
bernilai 1 yang berarti ketimpangan sempurna. Namun, pengukuran dengan 
menggunakan Koefisien Gini tidak sepenuhnya memuaskan.
Daimon
 dan Thorbecke (1999) berpendapat bahwa penurunan ketimpangan (perbaikan
 distribusi pendapatan) selalu tidak konsisten dengan bertambahnya 
insiden kemiskinan, kecuali jika terdapat dua aspek yang mendasari 
inkonsistensi tersebut.
Pertama, variasi distribusi pendapatan dari kelas terendah meningkat secara drastis sebagai akibat krisis.
Kedua, merupakan persoalan metodologi berkaitan dengan keraguan dalam pengukuran kemiskinan dan indikator ketimpangan.
Beberapa kriteria bagi sebuah ukuran ketimpangan yang baikmisalnya sebagai berikut.
- Tidak tergantung pada nilai rata-rata (mean independence). Ini berarti bahwa jika semua pendapatan bertambah dua kali lipat,ukuran ketimpangan tidak akan berubah. Koefisien Gini memenuhi syarat ini.
 - Tidak tergantung pada jumlah penduduk (population size independence). Jika penduduk berubah, ukuran ketimpangan seharusnya tidak berubah, kondisi lain tetap (ceteris paribus). Koefisien Gini juga memenuhi syarat ini.
 - Simetris. Jika antar penduduk bertukar tempat tingkat pendapatannya, seharusnya tidak akan ada perubahan dalam ukuran ketimpangan. Koefisien Gini juga memenuhi hal ini.
 - Sensitivitas Transfer Pigou-Dalton. Dalam kriteria ini, transfer pandapatan dari si kaya ke si miskin akan menurunkan ketimpangan. Gini juga memenuhi kriteria ini.
 
Ukuran ketimpangan yang baik juga diharapkan mempunyai sifat sebagai berikut.
- Dapat didekomposisi
 
Hal
 ini berarti bahwa ketimpangan mungkin dapat didekomposisi (dipecah) 
menurut kelompok penduduk atau sumber pendapatan atau dalam dimensi 
lain. Indeks Gini tidak dapat didekomposisi atau tidak bersifat aditif 
antar kelompok, yakni nilai total koefisien Gini dari suatu masyarakat 
tidak sama dengan jumlah nilai indeks Gini dari sub-kelompok masyarakat 
(sub-group).
- Dapat diuji secara statistik
 
Seseorang
 harus dapat menguji signifikansi perubahan indeks antar waktu. Hal ini 
sebelumnya menjadi masalah, tetapi dengan teknik bootstrap interval 
(selang) kepercayaan umumnya dapat dibentuk.
Ukuran Bank Dunia
Bank
 Dunia mengelompokkan penduduk ke dalam tiga kelompok sesuai dengan 
besarnya pendapatan: 40 persen penduduk dengan pendapatan rendah, 40 
persen penduduk dengan pendapatan menengah, dan 20 persen penduduk 
dengan pendapatan tinggi. Ketimpangan pendapatan diukur dengan 
menghitung persentase jumlah pendapatan penduduk dari kelompok yang 
berpendapatan 40 persen terendah dibandingkan total pendapatan seluruh 
penduduk.
Kategori ketimpangan ditentukan dengan menggunakan kriteria seperti berikut.
- Jika proporsi jumlah pendapatan dari penduduk yang masuk kategori 40 persen terendah terhadap total pendapatan seluruh penduduk kurang dari 12 persen dikategorikan ketimpangan pendapatan tinggi.
 - Jika proporsi jumlah pendapatan penduduk yang masuk kategori 40 persen terendah terhadap total pendapatan seluruh penduduk antara 12-17 persen dikategorikan ketimpangan pendapatan sedang/menengah;
 - Jika proporsi jumlah pendapatan penduduk yang masuk kategori 40 persen terendah terhadap total pendapatan seluruh penduduk lebih dari 17 persen dikategorikan ketimpangan pendapatan rendah.
 
http://kepri.bps.go.id/index.php/subyek-statistik/kemiskinan/370-distribusi-dan-ketimpangan-
pendapatan.html
http://kepri.bps.go.id/index.php/subyek-statistik/kemiskinan/370-distribusi-dan-ketimpangan-pendapatan.html




Tidak ada komentar:
Posting Komentar